Robby Erlangga, Peserta Didik Smanika akan berlaga pada kompetisi iGEM di Boston, Amerika, tahun ini
Tahun ini, para pemuda NTB akan kembali berlaga dalam kompetisi Internasional Genetically Engineered Machine (iGEM) di Amerika. Kali ini, tim yang dinamakan Sumbawagen 2020 ini akan mencoba untuk mengangkat persoalan sampah plastic dan mendeteksi sejauh mana paparan sampah plastik.
Advisor Sumbawagen 2020, Nurul Izzati mengatakan, tim tersebut sudah terbentuk. Tahun ini, anggota timnya tidak hanya dari UTS saja. Namun dari sejumlah universitas lain di NTB. Tim tersebut terdiri dari 14 orang. Satu orang dari Universitas Mataram, satu orang dari Universitas Hamzanwadi, satu orang lagi merupakan siswa dari SMAN 1 Sumbawa, atas nama Robby Erlangga. Sementara 11 lainnya merupakan mahasiswa dari tiga fakultas berbeda di UTS. "Kami sudah melakukan seleksi ketat untuk perwakilan tim Igem tersebut dan mau coba pilot projectnya se-NTB. Kami ingin agar kompetisi internasional ini dirasakan oleh perwakilan siswa dan mahasiswa di NTB." ujar Nurul kepada penulis.
Nurul mengungkapkan, dalam perlombaan itu, pihaknya ingin memecahkan permasalahan lokal melalui biologi sintetik. Dalam kegiatan itu ada sejumlah komponen utama yang dinilai. Pertama adalah human practice, yakni penilaian tentang bagaimana cara peserta berkomunikasi dengan orang di luar tim, baik itu para ahli, industri yang sedang mengembangkan tema proyek itu maupun pemerintah. Kedua, penilaian terkait kegiatan di laboratorium. Hal ini adalah yang paling utama, di mana dalam persoalan yang ada, akan dibuatkan solusinya terkait dengan bio tekhnologi.
Saat ini, lanjutnya, tema yang diusung adalah sampah plastic, mengingat Pemprov NTB tengah melaksanakan program zero waste, di mana pihaknya akan mengangkat tema yang sama, namun dengan topik yang berbeda. Ditambahkan pula, pihaknya akan mencoba untuk mengatasi persoalan bio plastik. Pihaknya ingin mendeteksi sampah plastik. Hal yang menjadi perhatian adalah bukan hanya sampah plastik yang terlihat saja, tapi juga terhadap sampah plastik yang sudah berumur puluhan tahun, baik itu yang sudah tertanam di dalam tanah, yang dibuang di perairan, hingga sampah plastik yang terdegradasi menjadi partikel sangat kecil (mikro) yang sangat mengancam kesehatan manusia dan organisme lainnya.
Dalam hal ini, pihaknya akan mendeteksi sejauh mana kontaminasi sampah plastik ini tersebar di Pulau Sumbawa, juga pada apa saja mikro plastik ini bisa ditemukan. "Ekspose mikro plastik ini akan kami coba telusuri. Apakah itu sudah sampai pada air yang kita konsumsi. Ini yang akan kami telusuri," imbuh wanita bertubuh mungil ini.
Saat ini, tim Sumbawagen sudah melakukan wawancara dan survei ke sejumlah daerah yang terpapar sampah plastic karena diketahui di NTB masih belum ada sistem pengolahan sampah yang bagus. Hal ini menyebabkan sampah plastik masih banyak terlihat di sejumlah tempat. Jangan sampai sampah plastik juga mencemari perairan di kawasan SAMOTA. Hal ini tentu akan sangat disayangkan, karena Unesco telah menetapkan SAMOTA sebagai kawasan Biosphere Reserve.
"Karena itu, kami ingin melihat sudah sejauh mana cemaran plastik itu. Apa kaitannya dengan kawasan SAMOTA. Tim kami sudah melakukan interview, survey, penelitian kecil dan melakukan preliminary research," imbuhnya.
Rencananya, kegiatan itu akan dilaksanakan selama empat hari di Boston, Amerika. Yakni pada akhir Oktober hingga awal November mendatang.